Bentuk-Bentuk Perlawanan Rakyat dalam Menentang Kolonialisme
Barat di Berbagai Daerah.
Kebijakan pemerintah kolonial di bidang politik pada
abad ke-19 semakin intensif dan pengaruhnya semakin kuat. Hal ini menyebabkan
runtuhnya kekuasaan penduduk pribumi, dan hilangnya kebebasan penduduk. Oleh
karena itu timbullah berbagai bentuk perlawanan dari rakyat Indonesia. Ada
perlawanan berskala kecil, atau gerakan sosial, dan perlawanan besar.
1.
Perlawanan Pattimura (1817)
a. Latar Belakang Terjadinya Perlawanan
Maluku termasuk daerah yang
paling awal didatangi oleh Belanda yang kemudian berhasil memaksakan monopoli
perdagangan. Rempah-rempah Maluku hanya boleh dijual kepada Belanda. Kalau
tidak dijual kepada Belanda, maka mereka dicap sebagai penyelundup dan pembangkang.
Maka latar belakang terjadinya perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan
Thomas Matulessi yang lebih dikenal dengan nama Kapiten Pattimura, adalah
sebagai berikut.
1) Kembalinya pemerintahan
kolonial Belanda di Maluku dari tangan Inggris. Perubahan penguasa dengan
sendirinya membawa perubahan kebijaksanaan dan peraturan. Apabila perubahan itu
menimbulkan banyak kerugian atau penghargaan yang kurang, sudah barang tentu
akan menimbulkan rasa tak puas dan kegelisahan.
2) Pemerintah kolonial Belanda memberlakukan
kembali penyerahan wajib dan kerja wajib. Pada zaman pemerintahan Inggris
penyerahan wajib dan kerja wajib (verplichte leverantien, herendiensten)
dihapus, tetapi pemerintah Belanda mengharuskannya lagi. Tambahan pula tarif
berbagai barang yang disetor diturunkan, sedang pembayarannya ditunda-tunda.
3) Pemerintah kolonial Belanda
mengeluarkan uang kertas sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di
Maluku, menambah kegelisahan rakyat.
4) Belanda juga mulai
menggerakkan tenaga dari kepulauan Maluku untuk menjadi Serdadu (Tentara)
Belanda.
b. Jalannya Perlawanan
Protes rakyat di bawah pimpinan
Thomas Matulessi diawali dengan penyerahan daftar keluhan-keluhan kepada
Belanda. Daftar itu ditandatangani oleh 21 penguasa orang kaya, patih, raja dari
Saparua dan Nusa Laut. Namun tidak mendapat tanggapan dari Belanda. Pada
tanggal 3 Mei 1817 kira-kira seratus orang, di antaranya Thomas Matulessi
berkumpul di hutan Warlutun dan memutuskan untuk menghancurkan benteng di
Saparua dan membunuh semua penghuninya.
Pada tanggal 9 Mei berkerumunlah
lagi sejumlah orang yang sama di tempat tersebut. Dipilihnya Thomas Matulessi
sebagai kapten.
Serangan dimulai pada tanggal 15
Mei 1817 dengan menyerbu pos Belanda di Porto. Residen Van den Berg dapat
ditawan, namun kemudian dilepas lagi.
Keesokan harinya rakyat mengepung
benteng Duurstede dan direbut dengan penuh semangat. Seluruh isi benteng itu
dibunuh termasuk residen Van den Berg beserta keluarga dan para perwira
lainnya. Rakyat Maluku berhasil menduduki benteng Duurstede.
Setelah kejadian itu, Belanda
mengirimkan pasukan yang kuat dari Ambon lengkap dengan persenjataan di bawah
pimpinan Mayor Beetjes. Ekspedisi ini berangkat tanggal 17 Mei 1817. Dengan
perjalanan yang melelahkan, pada tanggal 20 Mei 1817 pasukan itu tiba di
Saparua dan terjadilah pertempuran dengan pasukan Pattimura. Pasukan Belanda
dapat dihancurkan dan Mayor Beetjes mati tertembak.
Belanda berusaha mengadakan
perundingan dengan Pattimura namun tidak berhasil sehingga peperangan terus
berkobar. Belanda terus-menerus menembaki daerah pertahanan Pattimura dengan
meriam, sehingga benteng Duurstede terpaksa dikosongkan. Pattimura mundur,
benteng diduduki Belanda, tetapi kedudukan Belanda dalam benteng menjadi sulit
karena terputus dengan daerah lain. Belanda minta bantuan dari Ambon. Setelah
bantuan Belanda dari Ambon yang dipimpin oleh Kapten Lisnet dan Mayer datang,
Belanda mengadakan serangan besarbesaran (November 1817).
c. Akhir Perlawanan
Serangan Belanda tersebut,
menyebabkan pasukan Pattimura semakin terdesak. Banyak daerah yang jatuh ke
tangan Belanda. Para pemimpinnya juga banyak yang tertangkap yaitu Rhebok,
Thomas Pattiwael, Pattimura, Raja Tiow, Lukas Latumahina, dan Johanes
Mattulessi. Pattimura sendiri akhirnya tertangkap di Siri Seri yang kemudian
dibawa ke Saparua. Belanda membujuk Pattimura untuk diajak kerja sama, namun
Pattimura menolak. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Desember 1817
Pattimura dihukum gantung di
depan benteng Victoria Ambon. Sebelum digantung, Pattimura berkata ”Pattimura-Pattimura
tua boleh dihancurkan, tetapi sekali waktu kelak Pattimura-Pattimura muda akan
bangkit”.
Tertangkapnya para pemimpin
rakyat Maluku yang gagah berani tersebut menyebabkan perjuangan rakyat Maluku
melawan Belanda melemah dan akhirnya Maluku dapat dikuasai oleh Belanda.
2. Perlawanan Kaum Padri (1821 – 1837)
a. Latar Belakang Terjadinya
Perlawanan
Kaum Adat di Minangkabau
mempunyai kebiasaan yang kurang baik yaitu minum-minuman keras, berjudi, dan
menyabung ayam. Kebiasaan itu dipandang oleh kaum Padri sangat bertentangan
dengan agama Islam.
Kaum Padri berusaha menghentikan
kebiasaan itu, tetapi Kaum Adat menolaknya maka kemudian terjadilah
pertentangan antara kedua golongan tersebut.
Gerakan Padri di Sumatera Barat,
bermula dengan kedatangan tiga orang haji asal Minangkabau dari Mekkah tahun
1803. Ketiga haji tersebut adalah Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piabang.
Ketiga haji itu membawa perubahan baru dalam masyarakat Minangkabau dan
sekaligus ingin menghentikan kebiasaan yang dianggapnya menyimpang dari ajaran
agama Islam.
Tujuan gerakan Padri adalah untuk
membersihkan kehidupan agama Islam dari
pengaruh-pengaruh kebudayaan dan
adat istiadat setempat yang dianggap menyalahi ajaran agama Islam.
Diberantasnya perjudian, adu ayam, pesta-pesta dengan hiburan yang dianggap
merusak kehidupan beragama. Gerakan ini kemudian terkenal dengan nama “Gerakan
Wahabi”. Kaum adat tidak tinggal diam, tetapi mengadakan perlawanan yang
dipimpin oleh Datuk Sati, maka terjadilah perang saudara.
Perang saudara mulai meletus di
Kota Lawas, kemudian menjalar ke kota-kota lain, seperti Bonjol, Tanah Datar,
dan Alahan Panjang. Tokoh-tokoh kaum Padri yang terkenal adalah Tuanku Imam
Bonjol, Tuanku nan Cerdik, Tuanku Pasaman, dan Tuanku Hitam. Kaum adat mulai
terdesak. Ketika Belanda menerima penyerahan kembali daerah Sumatera Barat dari
Inggris, kaum adat meminta bantuan kepada Belanda menghadapi kaum Padri. Oleh
karena itu, kaum Padri juga memusuhi Belanda.
b. Jalannya Perlawanan
Musuh kaum Padri selain kaum adat
adalah Belanda. Perlawanan dimulai tahun 1821 dengan serbuan ke berbagai pos
Belanda dan pencegatan terhadap patroli Belanda. Pasukan Padri bersenjatakan
senjata tradisional, sedangkan pihak musuh menggunakan meriam dan jenis senjata
lainnya. Pertempuran berlangsung seru sehingga banyak menimbulkan korban kedua
belah pihak. Pasukan Belanda mendirikan benteng pertahanan di Batusangkar
diberi nama Fort Van Der Capellen. Benteng pertahanan kaum Padri dibangun di
berbagai tempat, antara lain Agam dan Bonjol yang diperkuat dengan pasukan yang
banyak jumlahnya.
Tanggal 22 Januari 1824 diadakan
perjanjian Mosang dengan kaum Padri, namun kemudian dilanggar oleh Belanda.
Pada April 1824 Raaf meninggal digantikan oleh Kolonel De Stuers. Dia membangun
Benteng Fort De Kock, di Bukit Tinggi. Tanggal 15 November 1825 diadakan
perjanjian Padang. Kaum Padri diwakili oleh Tuanku Nan Renceh dan Tuanku
Pasaman. Seorang Arab, Said Salimuljafrid bertindak sebagai perantara. Pada
hakikatnya berulang-ulang Belanda mengadakan perjanjian itu dilatarbelakangi
kekuatannya yang tidak mampu menghadapi serangan kaum Padri, di samping itu
bantuan dari Jawa tidak dapat diharapkan, karena di Jawa sedang pecah Perang
Diponegoro.
Tahun 1829 daerah kekuasaan kaum
Padri telah meluas sampai ke Batak Mandailing, Tapanuli. Di Natal, Tapanuli
Baginda Marah Husein minta bantuan kepada kaum Padri mengusir Gubernur Belanda
di sana. Maka setelah selesai perang Diponegoro, Natal di bawah pimpinan Tuanku
Nan Cerdik dapat mempertahankan serangan Belanda di sana.
Tahun 1829 De Stuers digantikan
oleh Letnan Kolonel Elout, yang datang di Padang Maret 1931. Dengan bantuan
Mayor Michiels, Natal dapat direbut, sehingga Tuanku Nan Cerdik menyingkir ke
Bonjol. Sejak itu kampung demi kampung dapat direbut Belanda. Tahun 1932 datang
bantuan dari Jawa, di bawah Sentot Prawirodirjo. Dengan cepat Lintau, Bukit,
Komang, Bonjol, dan hampir seluruh daerah Agam dapat dikuasai oleh Belanda.
Melihat kenyataan ini baik kaum Adat maupun kaum Padri menyadari arti pentingnya
pertahanan. Maka bersatulah mereka bersama-sama menghadapi penjajah Belanda.
c. Akhir Perlawanan
Setelah daerah-daerah sekitar
Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda, serangan ditujukan langsung ke benteng
Bonjol. Membaca situasi yang gawat ini, Tuanku Imam Bonjol menyatakan bersedia
untuk berdamai. Belanda mengharapkan, bahwa perdamaian ini disertai dengan
penyerahan. Tetapi Imam Bonjol berpendirian lain.
Perundingan perdamaian ini adalah
siasat mengulur waktu, agar dapat mengatur pertahanan lebih baik, yaitu membuat
lubang yang menghubungkan pertahanan dalam benteng dengan luar benteng, di
samping untuk mengetahui kekuatan musuh di luar benteng. Kegagalan perundingan
ini menyebabkan berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus 1837.
Belanda memerlukan waktu dua
bulan untuk dapat menduduki benteng Bonjol, yang didahului dengan pertempuran
yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong, karena musuh
berada dalam jarak dekat. Perkelahian satu lawan satu tidak dapat dihindarkan
lagi. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak.
Pasukan Padri terdesak dan
benteng Bonjol dapat dimasuki oleh pasukan Belanda menyebabkan Tuanku Imam
Bonjol beserta sisa pasukannya menyerah pada tanggal 25 Oktober 1937. Walaupun
Tuanku Imam Bonjol telah menyerah tidak berarti perlawanan kaum Padri telah
dapat dipadamkan. Perlawanan masih terus berlangsung dipimpin oleh Tuanku
Tambusi pada tahun 1838. Setelah itu berakhirlah perang Padri dan daerah
Minangkabau dikuasai oleh Belanda.
3. Perlawanan Diponegoro (1825 – 1830)
Perlawanan rakyat Jawa di bawah
pimpinan Pangeran Diponegoro merupakan pergolakan terbesar yang dihadapi
pemerintah kolonial Belanda di Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mengalami
kesulitan mengatasi perlawanan ini dan menanggung biaya yang sangat besar.
Adapun sebab-sebab terjadinya Perang Diponegoro dapat dibagi menjadi dua, yaitu
sebab umum dan sebab khusus.
a. Sebab-Sebab Umum
1) Wilayah Mataram semakin dipersempit dan terpecah
Karena ulah penjajah, kerajaan
Mataram yang besar, di bawah Sultan Agung Hanyokrokusumo, terpecah belah
menjadi kerajaan yang kecil. Melalui perjanjian Gianti 1755, kerajaan Mataram
dipecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayoyakarta. Dengan
perjanjian Salatiga 1757 muncullah kekuasaan baru yang disebut Mangkunegaran
dan pada tahun 1813 muncul kekuasaan Pakualam. Kenyataan inilah yang dihadapi
oleh Diponegoro.
2) Masuknya adat Barat ke dalam kraton
Pengaruh Belanda di kraton makin
bertambah besar. Adat kebiasaan kraton Yogyakarta seperti menyajikan sirih
untuk Sultan bagi pembesar Belanda yang menghadap Sultan, dihapuskan.
Pembesar-pembesar Belanda duduk sejajar dengan sultan. Yang paling
mengkhawatirkan adalah masuknya minuman keras ke kraton dan beredar di kalangan
rakyat.
3) Belanda ikut campur tangan dalam urusan kraton
Campur tangan yang amat dalam
mengenai penggantian tahta dilaksanakan oleh Belanda. Demikian pula mengenai
pengangkatan birokrasi kerajaan. Misalnya pengangkatan beberapa pegawai yang
ditugaskan untuk memungut pajak.
4) Hak-hak para bangsawan dan abdi dalem dikurangi
Telah terjadi kebiasaan bahwa
kepada keluarga raja (sentana dalem), memberikan jaminan hidup berupa tanah
apanase, juga kepada pegawai kerajaan (abdi dalem) diberikan gaji berupa tanah
lungguh. Pada masa Kompeni maupun masa kolonial Inggris dan Belanda, banyak
tanah-tanah tersebut diambil oleh pemerintah kolonial. Dengan demikian para
bangsawan (sentana dalem) dan para abdi banyak yang kehilangan sumber
penghasilan. Akibatnya di hati mereka timbul rasa tidak senang karena
hak-haknya dikurangi, termasuk hak-hak raja dan kerajaan.
5) Rakyat menderita akibat dibebani berbagai pajak
Berbagai macam pajak yang
dibebankan pada rakyat, antara lain:
- pejongket (pajak pindah
rumah);
- kering aji (pajak
tanah);
- pengawang-awang (pajak halaman-pekarangan);
- pencumpling (pajak
jumlah pintu);
- pajigar (pajak ternak);
- penyongket (pajak pindah
nama);
- bekti (pajak menyewa
tanah atau menerima jabatan).
b. Sebab Khusus
Sebab yang meledakkan perang
ialah provokasi yang dilakukan penguasa Belanda seperti merencanakan pembuatan
jalan menerobos tanah Pangeran Diponegoro dan membongkar makam keramat. Sebagai
protes patok-patok (tanda dari tongkat kayu pendek) untuk pembuatan jalan
dicabut dan diganti dengan tombak-tombak. Residen Smissaert berusaha mengadakan
perundingan tetapi, Pangeran Diponegoro tidak muncul, hanya mengirim wakilnya,
Pangeran Mangkubumi. Asisten Residen Chevallier untuk menangkap kedua pangeran,
digagalkan oleh barisan rakyat di Tegalreja. Mereka telah meninggalkan tempat.
Pangeran Diponegoro pindah ke Selarong tempat ia memimpin perang.
Pangeran Diponegoro minta kepada
Residen agar Patih Danurejo dipecat. Surat baru mulai ditulis mendadak rumah
Pangeran Diponegoro diserbu oleh serdadu Belanda di bawah pimpinan Chevailer.
Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo beserta keluarganya. Rumah Pangeran
Diponegoro dibakar habis. Dia diikuti oleh Pangeran Mangkubumi. Pergilah mereka
ke Kalisoka dan dari sanalah meletus perlawanan Pangeran Diponegoro (20 Juli
1825). Banyak para pangeran dan rakyat menyusul Pangeran Diponegoro ke Kalisoka
untuk ikut melakukan perlawanan dengan berlandaskan tekad perang suci membela
agama Islam (Perang Sabil) menentang ketidakadilan. Dari Kalisoka pengikut
Pangeran Diponegoro tersebut dibawa ke Goa Selarong, jaraknya 7 pal (13 km)
dari Yogyakarta. Pasukan Belanda yang mengejar Pangeran Diponegoro dapat
dibinasakan oleh pasukan Pangeran Diponegoro di bawah pimpinan Mulya Sentika.
Yogyakarta menjadi kacau, prajurit Belanda dan Sultan Hamengku Buwana V menyingkir
ke Benteng Vredenburg.
c. Jalannya Perlawanan
Dari Selarong, tentara Diponegoro
mengepung kota Yogyakarta sehingga Sultan Hamengku Buwana V yang masih
kanak-kanak diselamatkan ke Benteng Belanda. Perang berpindah dari satu daerah
ke daerah lainnya dengan siasat perang gerilya dan mendadak menyergap musuh.
Pangeran Diponegoro ternyata seorang panglima perang yang cakap. Berkali-kali
pasukan Belanda terkepung dan dibinasakan. Belanda mulai cemas. Dipanggillah
tentaranya yang berada di Sumatera, Sulawesi, Semarang, dan Surabaya untuk
menghadapi laskar Diponegoro. Namun, usaha itu sia-sia.
Pusat pertahanan Diponegoro
dipindahkan ke Plered. Dari sini gerakan Diponegoro meluas sampai di
Banyuwangi, Kedu, Surakarta, Semarang, Demak, dan Madiun. Kemenangan yang
diperoleh Diponegoro membakar semangat rakyat sehingga banyak yang
menggabungkan diri. Bupati daerah dan bangsawan kraton banyak juga yang memihak
kepadanya. Misalnya Bupati Madiun, Bupati Kertosono,
Pangerang Serang, dan Pangeran
Suriatmojo dari Banyumas. Di Plered, Pangeran Diponegoro sempat dinobatkan
menjadi sultan dengan gelar Sultan Abdul Hamid Herucakra Amirul Mukminin
Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa, berpusat di Plered. Tanggal 9 Juni
1862 Plered diserbu Belanda. Pertahanan dipimpin oleh Kerta Pengalasan. Dalam
perang tersebut, Pangeran Diponegoro dibantu seorang yang gagah berani, bernama
Sentot dengan gelar Alibasyah Prawirodirjo, putra dari Bupati Madiun Raden
Ronggo Prawirodirjo.
Dari Plered, pertahanan Pangeran
Diponegoro dipindahkan lagi ke Deksa. Belanda mengalami kesulitan dalam
menghadapi pasukan Diponegoro. Belanda terpaksa mendatangkan pasukan tambahan
dari negeri Belanda. Namun, pasukan tambahan Belanda tersebut dapat dihancurkan
oleh pasukan Diponegoro. Akibat berbagai kekalahan perang pada periode tahun
1825 – 1826 Belanda pada tahun 1827 mengangkat Jenderal De Kock menjadi
panglima seluruh pasukan Belanda di Jawa.
Belanda menggunakan siasat perang
baru yang dikenal dengan ”Benteng Stelsell”, yaitu setiap daerah yang dikuasai
didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara benteng yang satu
dan benteng lainnya dihubungkan oleh pasukan gerak cepat. Benteng Stelsell atau
Sistem Benteng ini mulai dilaksanakan oleh Jenderal De Kock pada tahun 1827.
Tujuannya adalah untuk mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro dengan jalan
mendirikan pusat-pusat pertahanan berupa bentengbenteng di daerah-daerah yang
telah dikuasainya penasihat Perang Diponegoro beliau seorang ulama dari daerah
Surakarta, meninggal pada tanggal 20 Desember 1849 di Tondano
Dengan adanya siasat baru ini perlawanan pasukan
Diponegoro makin lemah. Di samping itu Belanda berusaha menjauhkan Diponegoro
dari pengikutnya.
d. Akhir Perlawanan
Penyerahan para pangeran ini
secara berturut-turut sangat memukul perasaan Diponegoro. Dalam menghentikan
perlawanan Diponegoro, Belanda menempuh jalan yang mungkin. Rupanya Belanda
memakai prinsip menghalalkan cara untuk mencapai tujuan dalam menghadapi
Diponegoro.
Belanda mengajak Pangeran
Diponegoro untuk berunding di Magelang, Belanda berjanji seandainya perundingan
gagal, Pangeran Diponegoro boleh melanjutkan kembali ke medan perang.
Perundingan ini baru dilaksanakan
pada tanggal 28 Maret 1830, setelah Diponegoro beristirahat selama 20 hari
karena bulan Ramadhan. Ternyata perundingan ini menemui kegagalan dan dalam
perundingan itulah Pangeran Diponegoro ditangkap.
Belanda telah mengkhianati
Diponegoro. Belanda telah mengkhianati janjinya. Dari Magelang Diponegoro
dibawa ke Semarang dan Batavia. Akhirnya diasingkan ke Manado tanggal 3
Mei 1830.
Pada tahun 1834 ia dipindahkan ke
Makasar (sekarang Ujung Pandang) dan wafat tanggal 8 Januari 1855 dalam usia 70
tahun.
MASUKNYA
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI INDONESIA
A. Pendahuluan
Kolonialisme adalah penguasaan suatu wilayah dan rakyatnya oleh negara lain untuk tujuan-tujuan yang bersifat militer atau ekonomi.
Kolonialisme adalah penguasaan suatu wilayah dan rakyatnya oleh negara lain untuk tujuan-tujuan yang bersifat militer atau ekonomi.
Imprealis adalah usaha untuk
menguasai daerah lain atau perluasan daerah jajahan atau kekuasaan. Tujuannya
adalah untuk memperoleh kekayaan, rizki, segala macam kemewahan dunia dan
kebendaan dengan segala macam cara.
B. Latar belakang Kedatangan
Orang-Orang Eropa ke Dunia Timur
Perkembangan kolonialisme dan imprialisme erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa pada masa-masa Renaissance, Reformasi Gereja, Merkantilisme, Revolusi Industri, dan Revolusi Perancis
Perkembangan kolonialisme dan imprialisme erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa pada masa-masa Renaissance, Reformasi Gereja, Merkantilisme, Revolusi Industri, dan Revolusi Perancis
1. Renaissance dan Humanisme
Adalah usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi. Pada abad ke-14, 15 di Eropa terdapat suatu gerakan cendikiawan dan ilmuwan untuk mengkaji kembali ilmu pengetahuan, seni, sastra, arsitektur, dan filsafat Yunani dan Romawi dengan penafsiran baru. Tujuannya untuk memperteguh ajaran Kristiani dan mengubah pandangan hidup abad pertengahan yang bersifat dogmatik menjadi pandangan yang berdasarkan akal.
Humanisme adalah faham yang berusaha mempelajari dan menyelidiki buku-buku kuno yang ditinggalkan bangsa Yunani dan Romawi.
` Tersebarnya ilmu pengetahuan adalah berkat jasa Gutenberg seorang Jerman yang menemukan mesin cetak, dimungkinkan ditulisnya buku dalam jumlah yang cukup banyak.
Adalah usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi. Pada abad ke-14, 15 di Eropa terdapat suatu gerakan cendikiawan dan ilmuwan untuk mengkaji kembali ilmu pengetahuan, seni, sastra, arsitektur, dan filsafat Yunani dan Romawi dengan penafsiran baru. Tujuannya untuk memperteguh ajaran Kristiani dan mengubah pandangan hidup abad pertengahan yang bersifat dogmatik menjadi pandangan yang berdasarkan akal.
Humanisme adalah faham yang berusaha mempelajari dan menyelidiki buku-buku kuno yang ditinggalkan bangsa Yunani dan Romawi.
` Tersebarnya ilmu pengetahuan adalah berkat jasa Gutenberg seorang Jerman yang menemukan mesin cetak, dimungkinkan ditulisnya buku dalam jumlah yang cukup banyak.
2. Reformasi Gereja
Gerakan reformasi yang muncul pada abad ke-15 merupakan protes terhadap gaya hidup para biarawan yang dianggap telah menyimpang dari ajaran-ajaran kristus.
Gerakan reformasi yang muncul pada abad ke-15 merupakan protes terhadap gaya hidup para biarawan yang dianggap telah menyimpang dari ajaran-ajaran kristus.
3. Merkantilisme
Adalah aliran yang mengajarkan
proteksi ekonomi. Negara aliran ini sangat kuat pengaruhnya sehingga pada abad
ke-18 berkembang menjadi politik ekonomi di negara Eropa Barat.
4. Revolusi Industri
Perubahan besar, cepat, mendadak dan radikal yang mempengaruhi corak kehidupan manusia disebut revolusi.
Antara tahun 1760-1840, perindustrian di Inggris mengalami perubahan besar sebagai negara yang memiliki daerah koloni yang cukup luas, Inggris berada dalam keadaan yang relatif makmur. Persekutuan Dagang Hindia Timur (East India Company) milik Inggris mendatangkan keuntungan yang memiiki cukup banyak berkat perdagangan yang dilakukan dengan daerah jajahannya.
Kemajuan dan perubahan dalam bidang industri yang dicapai oleh Inggris kemudian menyebar ke negara-negara lain di Eropa sehingga muncullah negara-negar industri yang berlomba-omba menguasai pasar. Dengan demikian terjadi perlombaan mencari daerah jajahan.
Perubahan besar, cepat, mendadak dan radikal yang mempengaruhi corak kehidupan manusia disebut revolusi.
Antara tahun 1760-1840, perindustrian di Inggris mengalami perubahan besar sebagai negara yang memiliki daerah koloni yang cukup luas, Inggris berada dalam keadaan yang relatif makmur. Persekutuan Dagang Hindia Timur (East India Company) milik Inggris mendatangkan keuntungan yang memiiki cukup banyak berkat perdagangan yang dilakukan dengan daerah jajahannya.
Kemajuan dan perubahan dalam bidang industri yang dicapai oleh Inggris kemudian menyebar ke negara-negara lain di Eropa sehingga muncullah negara-negar industri yang berlomba-omba menguasai pasar. Dengan demikian terjadi perlombaan mencari daerah jajahan.
5. Revolusi Perancis
Sejak 1795, Negeri Belanda berada di bawah kekuasaan Perancis. Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya Louis, sebagai penguasa Negeri Belanda. Pada tahun 1808 Louis Napoleon mengirim Marsekal Herman Willem Daendek ke Indonesia menjadi Gubernur Jenderal. Sebagai orang yang sangat mengagumi prinsip-prinsip Revolusi Perancis, dia membawa paham liberal ke Indonesia.
Sejak 1795, Negeri Belanda berada di bawah kekuasaan Perancis. Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya Louis, sebagai penguasa Negeri Belanda. Pada tahun 1808 Louis Napoleon mengirim Marsekal Herman Willem Daendek ke Indonesia menjadi Gubernur Jenderal. Sebagai orang yang sangat mengagumi prinsip-prinsip Revolusi Perancis, dia membawa paham liberal ke Indonesia.
C. Faktor-Faktor Pendorong Bangsa
Eropa dalam Penjelajahan Samudera
a) Adanya keinginan mencari kekayaan (gold), kekayaan yang dicari adalah rempah-rempah
b) Adanya keinginan menyebarkan agama (gospel)
c) Adanya keinginan mencari kejayaan (glory)
d) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
a) Adanya keinginan mencari kekayaan (gold), kekayaan yang dicari adalah rempah-rempah
b) Adanya keinginan menyebarkan agama (gospel)
c) Adanya keinginan mencari kejayaan (glory)
d) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
1) Ditemukan kompas
2) Dikemukakan bahwa bumi itu bulat
3) Dikembangkannya teknik pembuatan kapal
4) Ditemukan mesin untuk persenjataan
5) Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan Bangsa Turki (1453)
2) Dikemukakan bahwa bumi itu bulat
3) Dikembangkannya teknik pembuatan kapal
4) Ditemukan mesin untuk persenjataan
5) Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan Bangsa Turki (1453)
Tokoh-tokoh penjelajahan samudera
Bangsa Portugis :
a) Bartholomeus Diaz
b) Vasco Da Gama
c) Alfonso D’ Albuquerque
Bangsa Portugis :
a) Bartholomeus Diaz
b) Vasco Da Gama
c) Alfonso D’ Albuquerque
Bangsa Spanyol :
a) Christophorus Columbus
b) Ferdinand Magelhaens
a) Christophorus Columbus
b) Ferdinand Magelhaens
D. Proses Kedatangan Bangsa Barat
di Berbagai Daerah sampai Terbentuknya Kekuasaan
a. Hubungan ekonomi Indonesia – Eropa sebelum abad ke-16
Tahukah anda siapa Bangsa eropa yang telah datang ke Indonesia sebelum abad ke-16? Ia adalah Marcopolo dari Venesia. Dalam perjalanannya, Marcopolo singgah di bandar-bandar pantai utara Sumatera pada akhir abad ke-13. Ia melaporkan perkembangan Agama Islam di daerah pesisir sumatera waktu itu.
Bangsa Barat mulai datang ke indonesia pada abad ke-16. Namun, hubungan ekonomi antara Eropa dan Indonesia sebenarnya telah ada berlangsung jauh sebelum para pedagang Eropa itu datang. Pada tahun 1390-an, sekitar 6 ton cengkeh dan 1 ton pala dari Maluku telah mencapai Eropa.
Proses rempah-rempah Indonesia dapat mencapai Eropa dibawa secara berantai hingga mencapai kawasan di sekitar laut tengah. Para pedagang Italia kemudian membelinya dari para pedagang muslim di Mesir dan Beirut. Pedagang Italia kemudian memasarkannya ke Eropa melalui Venesia dan Genoa. Dengan demikian para pedagang muslim berperan sebagai mediator yang menghubungkan Indonesia dan Eropa
a. Hubungan ekonomi Indonesia – Eropa sebelum abad ke-16
Tahukah anda siapa Bangsa eropa yang telah datang ke Indonesia sebelum abad ke-16? Ia adalah Marcopolo dari Venesia. Dalam perjalanannya, Marcopolo singgah di bandar-bandar pantai utara Sumatera pada akhir abad ke-13. Ia melaporkan perkembangan Agama Islam di daerah pesisir sumatera waktu itu.
Bangsa Barat mulai datang ke indonesia pada abad ke-16. Namun, hubungan ekonomi antara Eropa dan Indonesia sebenarnya telah ada berlangsung jauh sebelum para pedagang Eropa itu datang. Pada tahun 1390-an, sekitar 6 ton cengkeh dan 1 ton pala dari Maluku telah mencapai Eropa.
Proses rempah-rempah Indonesia dapat mencapai Eropa dibawa secara berantai hingga mencapai kawasan di sekitar laut tengah. Para pedagang Italia kemudian membelinya dari para pedagang muslim di Mesir dan Beirut. Pedagang Italia kemudian memasarkannya ke Eropa melalui Venesia dan Genoa. Dengan demikian para pedagang muslim berperan sebagai mediator yang menghubungkan Indonesia dan Eropa
b. Terputusnya Hubungan Ekonomi
Indonesia- Eropa
Setelah perang salib selesai muncullah kekuasaan baru yang dibangun oleh Turki Osmani. Kekuasaan baru itu dikenal sebagai kekhalifahan timur . Bangsa Turki Osmani menguasai wilayah yang cukup luas meliputi Mesir, Mesopotamia, Palestina, Syrria, dan Asia Kecil. Pada tahun 1453 Kerajaan Romawi Timur yang ber-ibukota di Konstantinopel pun berhasil dikuasai oleh kekhalifahan timur.
Setelah menguasai Konstantinopel, Turki Osmani melarang para pedagang eropa berdagang di sekitar laut tengah. Akibatnya para pedagang eropa menjadi kesulitan mendapatkan komoditas penting berupa rempah-rempah dari Indonesia. Dengan demikian, hubungan ekonomi Indonesia – eropa seolah menjadi terputus.
Setelah perang salib selesai muncullah kekuasaan baru yang dibangun oleh Turki Osmani. Kekuasaan baru itu dikenal sebagai kekhalifahan timur . Bangsa Turki Osmani menguasai wilayah yang cukup luas meliputi Mesir, Mesopotamia, Palestina, Syrria, dan Asia Kecil. Pada tahun 1453 Kerajaan Romawi Timur yang ber-ibukota di Konstantinopel pun berhasil dikuasai oleh kekhalifahan timur.
Setelah menguasai Konstantinopel, Turki Osmani melarang para pedagang eropa berdagang di sekitar laut tengah. Akibatnya para pedagang eropa menjadi kesulitan mendapatkan komoditas penting berupa rempah-rempah dari Indonesia. Dengan demikian, hubungan ekonomi Indonesia – eropa seolah menjadi terputus.
c. Penjelajahan Samudera
Yang dilakukan bangsa Eropa dalam mengatasi kesulitan tersebut adalah mereka berusaha mencari jalan langsung menuju ke daerah penghasil rempah-rempah. Caranya, dengan melakukan penjelajahan samudera.
Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang memiliki keinginan mencari wilayah jajahan.
Yang dilakukan bangsa Eropa dalam mengatasi kesulitan tersebut adalah mereka berusaha mencari jalan langsung menuju ke daerah penghasil rempah-rempah. Caranya, dengan melakukan penjelajahan samudera.
Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang memiliki keinginan mencari wilayah jajahan.
E. Kedatangan Bangsa Barat ke
Indonesia
a) Kedatangan Portugis di Indonesia
Portugis berusaha menjalin hubungan dagang dengan Maluku. Pada tahun 1512 Alfonso d’ Alburquerque mengirimkan beberapa buah kapal ke Maluku dan berhasil mendarat di Ternate.
Disini Portugis menerapkan sistem monopoli yang merugikan.
a) Kedatangan Portugis di Indonesia
Portugis berusaha menjalin hubungan dagang dengan Maluku. Pada tahun 1512 Alfonso d’ Alburquerque mengirimkan beberapa buah kapal ke Maluku dan berhasil mendarat di Ternate.
Disini Portugis menerapkan sistem monopoli yang merugikan.
b) Kedatangan bangsa Spanyol
Pada tahun 1521 bangsa Spanyol mendarat di Tidore (Maluku).
Pada tahun1529, Portugis berhasil menduduki Ternate-Tidore. Pada tahun 1580 Raja Philip II dari Spanyol menyatukan Portugal di bawah kekuasaannnya daan memerintahka gubernur jenderal Spanyol di Filipina agar tidak mencampuri urusan Portugis di Maluku serta memberi bantuan kepada Portugis. Dengan demikian Portugis mengusir Spanyol
Pada tahun 1521 bangsa Spanyol mendarat di Tidore (Maluku).
Pada tahun1529, Portugis berhasil menduduki Ternate-Tidore. Pada tahun 1580 Raja Philip II dari Spanyol menyatukan Portugal di bawah kekuasaannnya daan memerintahka gubernur jenderal Spanyol di Filipina agar tidak mencampuri urusan Portugis di Maluku serta memberi bantuan kepada Portugis. Dengan demikian Portugis mengusir Spanyol
c) Kedatangan Belanda
Pada bulan April 1595, bangsa Belanda memulai pelayaran menuju nusantara. Ekspedisi mereka terdiri atas empat buah kapal dibawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Pelayaran Cornelis de Houtman melalui rute Belanda – pantai barat Afrika – Tanjung Harapan – Samudera Hindia- Selat Sunda – Banten. Mereka berhasil mendarat di Banten pada tahun 1596. Pada tanggal 28 Nopember 1598 datanglah rombongan baru pedagang Belanda. Mereka dibawah pimpinan Jacob Van Neck.
Pada bulan April 1595, bangsa Belanda memulai pelayaran menuju nusantara. Ekspedisi mereka terdiri atas empat buah kapal dibawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Pelayaran Cornelis de Houtman melalui rute Belanda – pantai barat Afrika – Tanjung Harapan – Samudera Hindia- Selat Sunda – Banten. Mereka berhasil mendarat di Banten pada tahun 1596. Pada tanggal 28 Nopember 1598 datanglah rombongan baru pedagang Belanda. Mereka dibawah pimpinan Jacob Van Neck.
F. Terbentuknya Kekuasaan
Kolonial dan Imprialis Barat
Pada awalnya hubungan antara kerajaan dan masyarakat di kepulauan Indonesia dengan bangsa Eropa bersifat sejajar. Namun, perlahan-lahan muncullah ketidaksejajaran pada pertengahan abad ke-17. Ketidaksejajaran itu mulai ada dan semakin nyata sejak awal abad ke-18. Satu persatu sumber ekonomi dan kekuasaan politik wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh penguasa dan penduduk lokal, jatuh ke tangan bangsa barat, terutama Belanda.
Setelah kedatangan rombongan Jacob Van Neck, makin banyaklah pedagang Belanda datang ke Indonesia. Akibatnya, di antara mereka terjadilah persaingan. Untuk menghindari persaingan itu, dibentuklah kongsi perdagangan besar yang diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun1602.
Pada awalnya hubungan antara kerajaan dan masyarakat di kepulauan Indonesia dengan bangsa Eropa bersifat sejajar. Namun, perlahan-lahan muncullah ketidaksejajaran pada pertengahan abad ke-17. Ketidaksejajaran itu mulai ada dan semakin nyata sejak awal abad ke-18. Satu persatu sumber ekonomi dan kekuasaan politik wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh penguasa dan penduduk lokal, jatuh ke tangan bangsa barat, terutama Belanda.
Setelah kedatangan rombongan Jacob Van Neck, makin banyaklah pedagang Belanda datang ke Indonesia. Akibatnya, di antara mereka terjadilah persaingan. Untuk menghindari persaingan itu, dibentuklah kongsi perdagangan besar yang diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun1602.
G. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah
Kolonial serta Pengaruh terhadap Hubungan Ekonomi Rakyat di Berbagai Daerah
Sejak pertengahan abad ke-17 sampai berakhirnya VOC, Belanda sudah menguasai hampir seluruh penghasil dan perdagangan rempah-rempah, kecuali Aceh.
Setelah VOC dibubarkan, kekuasaan atas Indonesia berturut-turut dipegang oleh Daendels, Janssens, Raffles dan pemerintah Hindia-Belanda.
Sejak pertengahan abad ke-17 sampai berakhirnya VOC, Belanda sudah menguasai hampir seluruh penghasil dan perdagangan rempah-rempah, kecuali Aceh.
Setelah VOC dibubarkan, kekuasaan atas Indonesia berturut-turut dipegang oleh Daendels, Janssens, Raffles dan pemerintah Hindia-Belanda.
H. Bentuk-Bentuk Perlawanan
Kerajaan-Kerajaan dan Rakyat Melawan Kolonial di Berbagai Daerah
Anda telah mengetahui berbagai tindakan yang dilakukan oleh bangsa Barat di Indonesia. Keberadaan bangsa Barat beserta praktik-praktiknya itu, akhirnya mendorong munculnya reaksi dari rakyat dan kerajaan-kerajaan. Bagaimanakah bentuk reaksi itu? Rakyat dan kerajaan-kerajaan melakukan berbagai bentuk perlawanan. Tujuannya adalah mengakhiri keberadaan bangsa Barat besertapraktik-praktiknya.
Anda telah mengetahui berbagai tindakan yang dilakukan oleh bangsa Barat di Indonesia. Keberadaan bangsa Barat beserta praktik-praktiknya itu, akhirnya mendorong munculnya reaksi dari rakyat dan kerajaan-kerajaan. Bagaimanakah bentuk reaksi itu? Rakyat dan kerajaan-kerajaan melakukan berbagai bentuk perlawanan. Tujuannya adalah mengakhiri keberadaan bangsa Barat besertapraktik-praktiknya.
Kesimpulan
Perlawanan kerajaan-kerajaan dan rakyat terhadap praktik kolonialisme Barat meliputi perlawanan terhadap Portugis dan VOC, serta perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Perlawanan ini berlangsung seiring dengan perluasan kolonialisme dan imprialisme Barat di berbagai wilayah di Kepulauan Nusantara. Beberapa perlawanan bersifat sangat lokal dan bahkan individual atau kelompok kecil dan hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Sedangkan perlawanan lain bersifat massal dan mencakup wilayah yang luas.
Bangsa Barat mulai datang ke Indonesia pada abad ke-16. Namun, hubungan ekonomi antara Eropa dan Indonesia sebenarnya telah berlangsung jauh sebelum para pedagang itu datang.
Tokoh-tokoh penjelajahan samudera dari Spanyol antara lain : Christophorus Columbus, dan Ferdinand Magelhaens, sedangkan tokoh-tokoh dari Portugis antara lain : Bartholhomeus Diaz dan Vasco da Gama.
Bangsa Portugis pertama datang ke Ternate tahun 1511, Spanyol ke Tidore 1521, dan Belanda ke Banten tahun 1526.
VOC adalah kongsi dagang Belanda yang dibentuk untuk menghindari terjadinya persaingan, dengan hak oktroi yang dimilikinya, VOC tampil sebagai kekuatan imprialis di Indonesia.
Setelah VOC dibubarkan, maka berturut-turut yang menjadi gubernur jenderal di Indonesia adalah Daendels, Jansens dan Raffles.
Perlawanan kerajaan-kerajaan dan rakyat terhadap praktik kolonialisme Barat meliputi perlawanan terhadap Portugis dan VOC, serta perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Perlawanan ini berlangsung seiring dengan perluasan kolonialisme dan imprialisme Barat di berbagai wilayah di Kepulauan Nusantara. Beberapa perlawanan bersifat sangat lokal dan bahkan individual atau kelompok kecil dan hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Sedangkan perlawanan lain bersifat massal dan mencakup wilayah yang luas.
Bangsa Barat mulai datang ke Indonesia pada abad ke-16. Namun, hubungan ekonomi antara Eropa dan Indonesia sebenarnya telah berlangsung jauh sebelum para pedagang itu datang.
Tokoh-tokoh penjelajahan samudera dari Spanyol antara lain : Christophorus Columbus, dan Ferdinand Magelhaens, sedangkan tokoh-tokoh dari Portugis antara lain : Bartholhomeus Diaz dan Vasco da Gama.
Bangsa Portugis pertama datang ke Ternate tahun 1511, Spanyol ke Tidore 1521, dan Belanda ke Banten tahun 1526.
VOC adalah kongsi dagang Belanda yang dibentuk untuk menghindari terjadinya persaingan, dengan hak oktroi yang dimilikinya, VOC tampil sebagai kekuatan imprialis di Indonesia.
Setelah VOC dibubarkan, maka berturut-turut yang menjadi gubernur jenderal di Indonesia adalah Daendels, Jansens dan Raffles.
Kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah
kolonial menimbulkan penderitaan bagi bangsa Indonesia yaitu tanam paksa dan
politik kolonial liberal yang menyebabkan timbulnya perlawanan-perlawanan dari
berbagai daerah di Kepulauan Nusantara.
Islamisme Dan Marxisme Dalam
Perjuangan Anti-Kolonial Di Sumatera Barat
Sumatera Barat, pada tahun
1920-an, adalah salah satu pusat pergerakan anti-kolonial di luar pulau Jawa.
Selain itu, Sumatra Barat juga menghasilkan banyak tokoh-tokoh pergerakan yang
terkenal: Tan Malaka, Hatta, Sjahrir, Moh Yamin, dan lain-lain.
Pada saat itu, Sumatra Barat
punya tiga daerah pusat perlawanan, yaitu Padang Panjang, Silungkang, dan
Padang. Uniknya, di Sumatera Barat, berbagai pemikiran dan tradisi saling
berkontradiksi dan saling melengkapi untuk menjadi senjata anti-kolonialisme.
Yang paling mencolok adalah
perkawinan islamisme dan marxisme. Dua pemikiran ini, yang oleh banyak orang
dianggap ‘bertabrakan’, justru “dikawinkan” oleh banyak pejuang-pejuang
anti-kolonial di Sumatera Barat.
Dua perlawanan Pembuka
Pada abad ke-19, di Sumatera
Barat muncul gerakan paderi. Pengusungnya adalah tiga orang ulama yang pernah
belajar di Mekah, yaitu: Haji Miskin, Haji Abdul Rahman, dan Haji Muhamad Arif.
Gerakan ini bertujuan untuk membersihkan ajaran islam di Sumatera Barat dari
tahayul dan khufarat.
Gerakan ini mendapat penentangan
dari kaum adat dan ulama konservatif. Belanda, yang sejak awal menguasai
Sumatra Barat, berusaha mengambil keuntungan “pertikaian saudara” ini.
Pada tahun 1908, di saat gerakan
Boedi Utomo sedang menggeliat di tanah Jawa, di Sumatera Barat meletus
pemberontakan anti-pajak. Para ulama, terutama dari tarekat Syattariyah,
memimpin pemberontakan ini. Mereka menentang kebijakan kolonial perihal
pengenaan pajak langsung.
Dua perlawanan ini sering jadi
acuan tokoh anti-kolonial Sumatera Barat untuk membangkitkan semangat
anti-penjajahan. Para tokoh-tokoh beraliran kiri, khususnya PKI dan Sarekat
Rakyat, juga sering menggunakan acuan itu untuk mengagitasi perlawanan rakyat.
THANKS FOR READ VISITOR :D
No comments:
Post a Comment